Kamis, Januari 03, 2008

Save the Best for Last

Di atas piring nasi jatah makan siang anda, ada sejumput nasi, sayur bayam, sepotong tempe, sekerat daging rendang dan beberapa keping kerupuk udang. Kira-kira, jenis makanan apa yang paling akhir anda nikmati ?

Mungkin di antara menu makan siang itu, ada makanan yang anda tidak suka, dan oleh sebab itu, tidak anda santap sama sekali. Tapi yang hampir pasti terjadi, jenis makanan yang paling enak menurut anda, adalah makanan yang paling akhir anda santap. Sesuap demi sesuap, semua jenis makanan itu mulai anda santap. Sampai akhirnya, yang terakhir anda habiskan adalah potongan terakhir dari jenis makanan yang anda paling sukai, entah itu daging, tempe, sayur bayam atau kerupuk udang. Betapa nikmatnya menikmati suapan terakhir, sekalipun ada kemungkinan potongan jenis makanan yang anda sisakan, tidak berhasil anda nikmati kelezatannya akibat terjatuh atau diambil orang lain, anak atau istri anda.

Pengalaman makan seperti di atas, sangat paralel dengan perilaku para orang-orang sukses. Mereka mentransfer perilaku makan mereka ke dalam skala yang lebih besar lagi. Bukan hanya sekedar pengalaman makan, tetapi pada kehidupan secara keseluruhan. Mereka sering merelakan diri untuk menikmati pekerjaan yang berat, kegagalan dalam banyak tindakan, menyisakan sebagian besar penghasilan untuk masa depan, bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan, menelusuri perjalanan yang menanjak dan penuh onak. Hanya dengan satu tujuan, suatu saat mereka bisa merasakan kenikmatan hasil kerja keras mereka. Save the best for last. Menyisakan yang terbaik untuk dinikmati paling akhir.

Orang gagal, berperilaku sebaliknya. Mereka menikmati kesenangan di awal karirnya, sehingga di sisa umurnya, mereka dipaksa oleh kehidupan untuk menikmati kegetiran. Berapapun besarnya gaji, habiskan. Kalau ada waktu luang, hamburkan. Karir yang cenderung tetap, dilewati oleh orang-orang yang lebih muda, uang pensiun yang rendah, himpitan kebutuhan hidup yang semakin mencekik adalah sebagian akibat yang harus dihadapi oleh orang-orang yang memilih menikmati kehidupan lebih dini.

Karunia terbesar dari Allah untuk manusia, adalah kemampuannya untuk menentukan pilihan. Saat ini anda boleh memilih. Mau jadi orang sukses, atau orang gagal. Anda sendiri yang memilih, karena anda yang akan menjalani hidup, dan akan menikmati hasilnya kelak. Wallaahu A’lam.

7 komentar:

WURYANANO mengatakan...

Blog baru yang mengawalinya dengan bagus juga nih.

Selamat datang di dunia blogger!

Salam,
Wuryanano

Yuli Ananto Bhakti mengatakan...

sangat inspriratif..!!
semoga sukses pak..

salam sukses paling sukses:-))
Yuli Ananto Bhakti

hendra mengatakan...

Wah selamat datang mas, semoga bisa terus menulis, tulisannya oke lho....sukses ya...

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum Wr Wb
Selamat atas diluncurkannya blog Pak Jay, semoga ditengah kesibukan Bpk masih sempat terus menulis di blog yg inspiratif ini.

Wassalam
Fuad Muftie

Anonim mengatakan...

Mas Jay, kalau boleh, ada isi buku-buku anda yang ditulis di blog anda ini dong... Biar banyak yang bisa ambil ilmunya nih...

Trims ya.

Salam sukses!

Anonim mengatakan...

oohhh... jadi ini toh maksudnya "save the best for last" pas makan di Bakmi Tebet Cilegon kemaren ^_^
ta' ambil untuk bahan siaran yak ;)

Anonim mengatakan...

oohhh... jadi ini toh maksudnya "save the best for last" pas makan di Bakmi Tebet Cilegon kemaren ^_^
ta' ambil untuk bahan siaran yak ;)