Senin, Juli 28, 2008

Success is Our Obligation

Seorang kawan mengirimkan sebuah film dokumenter berjudul The New Rulers of The World. Di film yang kualitas gambarnya kurang baik itu, saya mendapatkan beberapa fakta mengenaskan. Sang Produser, John Pilger, menemukan bahwa sepotong celana pendek buatan Indonesia dijual di sebuah supermarket di Inggris dengan harga banderol Rp. 112.000,- Sepasang sepatu merk terkenal made in Indonesia, dilabeli harga Rp. 1,4 juta di supermarket yang sama. Bangga juga, karya bangsa sendiri bias dijual di negeri lain. Harganya tinggi pula.

Sayangnya, kebanggan itu pupus tanpa bekas, ketika sang produser menemukan fakta lain. Para buruh yang membuat celana buntung tadi, hanya kebagian bayaran tidak lebih dari lima ratus perak. Tak lebih tinggi dari harga sewa WC Umum. Para buruh pembuat sepatu, hanya dibayar lima ribu rupiah. Tidak lebih mahal dari harga seporsi gado-gado. Dan apabila gaji seluruh buruh pembuat sepatu di tanah air dijumlahkan, ternyata tidak cukup untuk membayar kontrak iklan perusahaan sepatu itu kepada Tiger Woods.

Fakta yang mengejutkan. Tapi itulah adanya. Buruh kita, bayarannya hanya satu level di atas budak. Penghasilannya sangat rendah. Bahkan lebih rendah daripada uang yang bisa dihasilkan oleh seekor monyet dalam pertunjukan topeng monyet keliling. Monyet yang sudah terlatih ini, bisa menghasilkan uang minimal Rp. 15.000,- sekali manggung, yang memakan waktu tidak lebih dari setengah jam.

Inilah fakta. Dan masih banyak fakta menyedihkan lainnya. Jumlah pengangguran di negeri ini, sudah di atas 10 juta. Setiap tahun, kemungkinan terus bertambah. Bukan karena tidak terdidik. Mereka justru orang-orang terdidik, dengan pendidikan minimal SMA, atau bahkan sarjana. Negeri ini, dipenuhi oleh orang-orang gagal. Orang-rang kalah. Perlu upaya ekstra, untuk membuat mereka mandiri. Perlu upaya luar biasa, untuk membuat mereka tidak jadi benalu.

Selama ini, kita menganggap bahwa sukses adalah hak setiap orang. Seperti hak untuk mendapatkan pekerjaan. Hak untuk hidup dengan penghasilan yang layak. Hak untuk memperoleh pendidikan. Implikasinya, sama seperti hak pilih dalam Pemilu. Mereka boleh menggunakan hak pilihnya, atau boleh juga golput. Setiap orang, karena menganggap sukses sebagai hak, boleh mengambil hak itu, atau tidak. Yang mau sukses, silahkan menuntut haknya. Yang tidak mau, tidak ada konsekuensi apa-apa.

Ini mungkin ide gila. Tapi setidaknya, patut untuk dicoba. Sudah saatnya, kita mengubah apa yang selama ini dianggap hak, menjadi kewajiban. Jadi, sukses adalah kewajiban semua. Pendidikan, adalah kewajiban. Mendapatkan pekerjaan, adalah kewajiban. Implikasinya, mereka yang tidak bekerja (di usia produktif, dan tidak punya hambatan fisik), mendapatkan sanksi.

Dengan begini, mungkin kita semua, akan berusaha untuk memperoleh pekerjaan. Apapun jenis pekerjaannya. Tidak juga menuntut hak atas pekerjaan kepada pemerintah. Tidak seperti selama ini, yang cenderung memilih-milih pekerjaan. Ujung-ujungnya, pengangguran menumpuk. Dan ternyata, mencari pekerjaan memang tidak sulit. Dan ternyata juga, mencari uang juga tidak sulit. Mengapa ? Karena monyet pun bisa cari uang.

Dan saya punya harapan, bahwa di negeri ini akan lahir banyak orang-orang sukses. Yaitu orang-orang yang menganggap bahwa sukses bukan sekedar hak, yang bisa mereka tuntut dari orang atau pihak lain. Mereka lah orang-orang generasi mandiri, yang menganggap bahwa sukses adalah kewajiban dalam hidup, seperti kewajiban beribadah kepada Tuhan. Dan bagi orang seperti mereka, sukses ditentukan oleh dua pihak, yaitu Tuhan dan dirinya sendiri ! Bagaimana dengan anda ?

Tidak ada komentar: